Sabtu, 19 Januari 2013

Mendung Tak Berarti Banjir

Hujan dan banjir, dua kata yang menjadi trending topic bulan ini, baik di social media, media cetak maupun media elektronik di Indonesia. Mendung tak berarti hujan, kalaupun hujan harusnya tidak terjadi banjir, namun dua kata tersebut saat ini seolah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, terutama di sekitar wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Sebenarnya berkat kemahakuasaan dan kemahasempurnaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta ini, volume air di bumi jumlahnya tetap sama sepanjang tahun,   tidak bertambah atau berkurang yang tersebar di seluruh penjuru bumi.

Allah telah mengatur siklus air dengan takaran yang tepat  dan berimbang guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup di muka bumi, sebagaimana pernah diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya “Tidak ada tahun yang hujannya lebih sedikit daripada tahun yang lain.” Atau dalam riwayat lain dengan redaksi yang sedikit berbeda yaitu “Tidak ada tahun yang hujannya lebih banyak daripada tahun yang lain, tetapi Allah hanya membagi-bagikannya.”

Meskipun hadist tersebut dinilai lemah oleh sebagian ahli hadist, namun seribu empat ratus tahun kemudian yaitu pada akhir abad ke 20 para ahli menjelaskan bahwa total volume air hujan yang turun ke bumi tetap sama setiap tahunnya, hanya curah hujan dari satu tempat ke tempat yang lain tidaklah sama.

Tabel di bawah ini memperlihatkan jumlah rata-rata volume air dalam setahun yang menguap dari laut/darat dan yang turun sebagai air hujan di laut/darat. Surplus 36 ribu kilometer kubik air hujan yang turun di daratan, kemudian dikembalikan ke lautan (yang kehilangan 36 ribu) setelah air tersebut melakukan tugasnya memecah bebatuan, membentuk tanah, menciptakan saluran-saluran air, meratakan permukaan tanah, menyebarkan humus, memberi minum manusia, hewan dan tumbuhan serta melembabkan udara dan tanah.


Tabel :  Perbandingan Volume Air Di Laut & Darat Yang Menguap & 
Yang Turun Sebagai Hujan Dalam Setahun

Lokasi
Volume air (kilo meter kubik) dalam setahun
Menguap dari
Turun di
Selisih
Laut
320.000
284.000
-36.000
Darat
60.000
96.000
36.000
Total
380.000
380.000
0
 
Salah satu bukti bahwa Allah telah menciptakan bumi dengan keteraturannya agar bisa ditinggali manusia adalah adanya siklus air antara bumi dan atmosfir atau hydrological cycle (perubahan air menjadi uap, awan dan kemudian menjadi air kembali melalui hujan) merupakan proses daur ulang yang akan membersihkan air dari milyaran kotoran dan bangkai makhluk hidup yang mencemarinya. Andai tidak ada siklus ini, air bumi tak bisa dimanfaatkan.

Jika Allah telah mengkondisikan bumi dengan segala keteraturan dan keseimbangannya, lantas jika turun hujan dan pada akhirnya terjadi banjir, siapa yang patut disalahkan ? Tidak lain dan tidak bukan adalah manusia yang telah banyak melakukan kerusakan di muka bumi. Kerusakan lingkungan yang terjadi di hulu dan hilir, pembangunan gedung-gedung yang menyebabkan tanah tak mampu lagi meresapkan air sehingga aliran air permukaan melebihi daya tampung saluran baik sungai maupun kanal buatan. Maka jangan salahkan air jika mencari jalannya sendiri.

Andaikan manusia mampu menjaga keteraturan dan keseimbangan alam ini, maka hujan pun tak berarti banjir.


Share