Kamis, 27 Februari 2014

Kisah Anak Kecil dan Ice Cream


Suatu hari di tahun 1930 an seorang anak umur 10 tahun mendatangi sebuah kedai minuman, ia ingin sekali makan ice cream kesukaannya. Lalu ia bertanya kepada pelayan yang menghampirinya “Berapa harga satu porsi ice cream sundae?”. Lalu si pelayan menjawab ” harganya 50 sen dik”. Si anak merogoh kantung celananya dan mengeluarkan semua uang koin yang ada lalu perlahan dan hati-hati menghitungnya. Sepertinya ia menyadari bahwa uangnya tidak cukup kemudian dia bertanya lagi “kalau ice cream yang biasa saja harganya berapa mba?”. Saat itu sudah banyak pengunjung yang sedang menunggu untuk dilayani. Si pelayan menjadi tidak sabar dan menjawab dengan jengkel dan agak kasar “harganya 35 sen”.


Si anak pun berkata “Ya sudah, saya pesan ice cream yang biasa aja mba”. Lalu si pelayan pergi untuk mengambilkan pesanannya itu. Tidak lama si pelayanan membawakan ice cream pesanan dan meninggalkan bon di meja si anak, ia lalu mulai menikmati ice creamnya.


Setelah ice creamnya habis, si anak membayar ice cream tadi di kasir dan langsung pergi dari kedai itu. Ketika si pelayan akan membersihkan meja yang dipakai anak tadi, dia melihat dua koin 5 sen dan lima koin 1 sen yang sengaja diletakkan si anak di samping mangkuk tempat ice creamnya.


Inilah alasan kenapa anak itu tidak jadi membeli ice cream sundae seharga 50 sen karena ia ingin memberikan uang tip yang layak (15 sen) pada si pelayan. Si pelayan pun kaget atas kebaikan si anak tadi dan menangis karena terharu dan merasa bersalah telah berlaku agak kasar padanya.


Kita pasti pernah berlaku seperti itu pada orang lain yang baru kita kenal. Terkadang kita cepat mengambil kesimpulan dan menghakimi orang lain karena kita melihat sebuah kejadian hanya dari satu sisi saja, hanya dari sudut pandang kita sendiri. Sesuatu yang kelihatan tidak baik pada satu sisi belum tentu tidak baik pada sisi yang lainnya.

Semoga kisah ini dapat menginsipirasi Anda.
Share

Senin, 24 Februari 2014

Mencari Kesempurnaan Hidup



Suatu hari seorang pemuda bertanya kepada gurunya "Bagaimana caranya agar kita mendapatkan sesuatu yang paling sempurna dalam hidup?"

Sang Guru merenung sejenak lalu menjawab "Berjalanlah lurus di taman bunga itu, lalu petiklah bunga yang paling indah menurutmu dan jangan pernah melangkah mundur!"

Setelah berjalan dan sampai di ujung taman, pemuda tersebut kembali dengan tangan hampa lalu sang Guru bertanya "Mengapa kamu tidak mendapatkan bunga satu pun?"

"Sebenarnya tadi sudah kutemukan tapi tidak jadi kupetik karena terpikir mungkin yang di depan pasti ada yang lebih indah, namun ketika sudah sampai di ujung, baru kusadari bahwa yang aku lihat tadi adalah yang terindah dan aku pun tak bisa kembali ke belakang lagi!"

Guru pun berkata "Itulah kehidupan, semakin kita mencari kesempurnaan, semakin kita tak akan pernah mendapatkannya karena kesempurnaan yang hakiki tidak akan pernah ada, yang ada hanyalah keikhlasan hati kita untuk menerima kekurangan yang ada."
Share