Sabtu, 31 Maret 2012

Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Terkadang sebuah kata atau rangkaian kata-kata hanya berlalu begitu saja tanpa memberi kesan yang bermakna bagi seseorang yang mendengarnya namun tak jarang sebuah kata memiliki kekuatan yang secara psikologis sifatnya hampir “memaksa” sehingga bisa menggetarkan jiwa dan membuat seseorang menangis. Berikut ini adalah kisah bagaimana sebuah ayat mampu menginspirasi dan menyentuh hati sehingga lahirlah sebuah karya.

Suatu ketika di tahun 1997 almarhum Chrisye (Krismansyah Rahadi) bertemu dengan Taufiq Ismail lalu mengutarakan niatnya “Bang saya punya sebuah lagu dan sudah coba menuliskan kata-katanya tapi saya tidak puas, bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?”

Chrisye kali ini menginginkan lagunya berisi lirik religius, Taufiq Ismail pun menyanggupinya dan diberi waktu selama sebulan. Kaset lagu itu lalu dikirimkan berikut keterangan berapa baris lirik yang diperlukan dan jumlah ketukan untuk setiap lirik yang akan diisi dengan suku kata.

Setelah mendengarkan lagu itu, Taufiq Ismail sangat menyukainya, tetapi lewat seminggu, dua minggu bahkan memasuki minggu ketiga inspirasi masih tertutup tidak ada ide. Beliaupun mulai gelisah karena diujung minggu keempat masih tetap buntu dan berniat esok hari akan menelpon Chrisye menyatakan ketidaksanggupannya lalu mengembalikan pita rekaman itu.

Hingga suatu malam ide itu muncul melalui kebiasaan rutin Taufiq Ismail membaca surat Yasin, ketika sampai pada ayat ke 65 yang artinya “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”

Makna ayat yang menggambarkan bagaimana manusia diadili di hari akhir nanti mampu menggugah Taufiq Ismail untuk segera memindahkan makna tersebut ke dalam larik-larik lagu itu. Pada awalnya beliau ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas kedalamnya namun keraguan itu mampu ditepisnya hingga selesailah penulisan lirik sebuah lagi yang diberi judul “Ketika Tangan dan Kaki Berkata.”

Selanjutnya hal yang tidak biasa terjadilah, ketika berlatih di kamar menyanyikan lagu itu, baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi menangis lagi sampai berkali-kali.

Berikut penuturan Chrisye di dalam memoarnya yang ditulis oleh Alberthiene Endah, “Chrisye : Sebuah Memoar Musikal “ (tahun 2007 hal. 308-309).

“Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.”

“Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya.”
“Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65...” kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya.”

“Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!”

“Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya.”

“Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!”

“Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benar benar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.”

Demikianlah sekelumit kisah tentang almarhum Chrisye yang sedemikian mendalam dan sensitif penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir sehingga membuatnya benar-benar “Tak mampu berkata-kata.”

Berikut petikan lirik lagu tersebut :
Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba...

Simak pula lagunya di :
http://www.youtube.com/watch?v=sHOQHgOtBfc
Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar