Ketika Arun berusia 16 thn
dan tinggal bersama orang tua disebuah lembaga yg didirikan oleh kakeknya di
tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika selatan. Mereka tinggal
jauh di pedalaman. Tidak heran bila Arun dan kedua saudara perempuannya sangat
senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton
bioskop.
Suatu hari ayahnya minta
diantarkan ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh, Arun sangat
gembira dengan kesempatan ini. Ibunya memberikan daftar belanjaan untuk
keperluan sehari-hari, ayahnya juga
minta untuk membawa mobil ke bengkel. Pagi itu,
setiba di tempat konferensi, ayah berkata "Ayah tunggu kau disini jam 5
sore." Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayah dan ibunya.
Kemudian, Arun pergi ke bioskop
dan karena keasyikan lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul
17:30, Arun langsung menuju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayahnya. Saat
itu sudah hampir pukul 18:00.
"Kenapa kau
terlambat?". Arun tidak mengakui bahwa dia menonton film, "Tadi,
mobilnya belum siap sehingga harus menunggu". Padahal ternyata tanpa
sepengetahuan Arun, ayahnya telah menelepon bengkel mobil itu. Akhirnya ayah pun tahu kalau Arun berbohong.
Ayahnya berkata, "Ada
sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian
untuk menceritakan kebenaran kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini,
ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki dan; memikirkannya baik-baik.”
Lalu, Ayahnya berjalan kaki
pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap sedangkan
jalanan sama sekali tidak rata. Selama 5,5 jam, Arun mengendarai mobil
pelan-pelan di belakang beliau dan melihat penderitaan yang dialami oleh ayahnya
hanya karena kebodohan yang Arun lakukan.
Sejak itu Arun bertekad tidak
akan pernah berbohong lagi. "Sering kali saya
berpikir dan merasa heran. Seandainya ayah menghukum saya sebagaimana kita
menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran
mengenai tindakan tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya akan menderita atas
hukuman itu dan melakukan hal yg sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu
tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian
itu baru saja terjadi kemarin. Itulah KEKUATAN TANPA KEKERASAN.
Kisah Dr. Arun Gandhi (cucu dari Mahatma Gandhi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar