Jumat, 26 Februari 2010

Ketika Muhammad SAW Bermetamorfosis


Sebagian besar kita meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang nabi yang ummi yang buta huruf tidak bisa membaca dan menulis karena di sejumlah ayat Al Qur’an, Allah menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang ummi, tapi apakah Muhammad SAW adalah nabi yang selamanya ummi? karena mengherankan bagaimana mungkin seorang Nabi yang buta huruf justru mengajarkan dan mewariskan Al Qur’an suatu kitab bertulis yang sangat agung yang bernilai sastra sangat tinggi dan berisi ilmu pengetahuan serta tatanan hidup bermasyarakat yang sangat maju dan modern.

Mengapa Muhammad SAW yang ummi dan buta huruf terpilih sebagai nabi dan Rasul-Nya? sehingga pada awalnya menjadi celaan dan ejekan orang yang merendahkannya : “ Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu ejekan (dengan mengatakan) : inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? “.

Ini merupakan bagian dari skenario Allah agar semua orang tahu dan tidak bisa membantah bahwa Al Qur’an adalah benar-benar kitab suci yang datang dari Allah, petunjuk bagi seluruh umat manusia, sebagaimana dinyatakan pada surat Al Ankabuut ayat 48: “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur'an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu).”

Orang-orang kafir pada waktu itu terkesan kebingungan, disatu sisi mereka mengejek Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang tidak bisa baca tulis tapi sekaligus heran kenapa Nabi bisa mengajarkan isi Al Qur’an yang menurut mereka memiliki nilai sastra yang tinggi Sehingga mereka menuduhnya sebagai penyair, Al Anbyaa ayat 5 : Bahkan mereka berkata (pula): "(Al Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kacau, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus."

Kemudian mereka membantah sendiri, tidak mungkin Muhammad SAW mampu membuat syair-syair sebagus Al Qur’an lalu dicari alasan lain yang paling logis bahwa Nabi dibantu oleh orang lain yang pandai sastra dari kalangan ahli kitab. Hal ini dibantah oleh Allah : Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa Ajam, sedang Al Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang." (QS. An Nahl : 103).

Allah juga menantang mereka untuk membuat kitab semacam Al Qur’an, Hud ayat 13 : Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".

Muhammad SAW yang ummi berangsur-angsur diajari baca tulis oleh Allah melalui perantara malaikat Jibril, ditandai dengan turunnya wahyu pertama Al Alaq 1-5: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Bacalah (iqra) pada ayat pertama memerintahkan untuk membaca ilmu-ilmu Allah yang terhampar di alam semesta (ayat-ayat kauniyah) yang dimulai dengan informasi awal tentang proses penciptaan manusia (kelak kemudian turun ayat-ayat lainnya yang menceritakan secara detail tentang penciptan manusia). Sedangkan pada ayat berikutnya kata bacalah (iqra) mengandung makna membaca tulisan.

Turunnya wahyu kedua dimulai dengan ayat pena : “Nun, demi kalam (pena) dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila.” (QS. Al Qalam : 1-6).

Kata kalam/pena dan tulis menulis dengan nabi yang diejek sebagai orang gila terkait dengan kebiasaan orang Arab Quraisy pada waktu itu yang lebih mengandalkan daya ingat dalam mencatat berbagai peristiwa maka belajar membaca dan menulis dikalangan masyarakat yang ummi sangatlah dilecehkan.

Wahyu yang ketiga, Nabi diperintahkan untuk belajar lebih intensif, bangun malam dan membaca Al Qur’an : “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al Muzzammil : 1-6).

Selanjutnya Nabi Muhammad SAW secara bertahap memperoleh wahyu sambil terus menerus diajari oleh Jibril untuk membaca dan menulis serta memahami kandungan ilmu-ilmu Allah yang diturunkan kepadanya dan yang menarik pada beberapa surat-surat Al Qur’an dimulai dengan huruf-huruf, hal ini mengindikasikan bahwa Nabi Muhammad SAW sedang diajarkan mengenal huruf-huruf untuk bisa membaca, surat-surat tersebut yaitu : Alif lam mim QS. (2): 1, (3): 1 (29): 1, (30): 1, (31): 1, (32): 1; Alif lam mim shad Qs. (7): 1; Alif lam raa QS. (10): 1, (11): 1, (12): 1, (14): 1, (15): 1; Alif lam mim raa QS.(13): 1; Kaf ha ya ’ain shaad QS. (19): 1; Tha ha QS. (20): 1; Tha sin mim QS. (26): 1, (28): 1; Tha sin QS. (27): 1; Ya sin QS. (36): 1; Shad QS. (38): 1; Cha mim QS. (40) : 1, (41) : 1, (43) : 1, (44) : 1, (45) : 1, (46) : 1; Cha mim ‘ain sin qaf QS. (42):1; Qaf QS. (50): 1; Nun QS. (68): 1.

Berikut ini adalah beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa Nabi Muhammad SAW tidaklah buta huruf selamanya:

“Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” (QS. Al Israa : 106).

“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."(QS. Thaahaa:114).

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah: 151).

“(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur'an), di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 2-3).

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah menghimpunkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.” (QS. Al Qiyaamah: 16-19).

Jaminan dari Allah bahwa Dia-lah yang menghimpunkan wahyu itu ke dalam jiwa Muhammad lalu membuatnya pandai membaca dan “atas tanggungan Kami-lah penjelasannya”, walau awalnya belia ummi tetapi karena Allah sendiri yang membimbing lewat malaikat Jibril maka Rasulullah menjadi sangat pandai (bukan hanya pandai membaca tetapi juga pandai memahami makna yang terkandung di dalam wahyu ) yang benar-benar melekat dalam akal budi dan jiwa beliau.

Sehingga ketika beliau menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an kepada umatnya pastilah beliau sudah memahami makna yang terkandung di dalamnya maka tak berlebihan jika Nabi Muhammad SAW juga disebut sebagai ilmuwan yang jenius karena Al Qur’an banyak berbicara tentang ilmu-ilmu pengetahuan.

Bukti-bukti lainnya adalah Nabi Muhammad SAW sering melakukan kontak-kontak politik dengan penguasa sekitar melalui surat menyurat dalam rangka misinya menyeru mereka agar mengakui Islam sebagai agama baru dan kalau bisa mereka dapat memeluk Islam, antara lain surat kepada Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia), Raja Khosrow dari Persia (Iran), Kaisar Heraklius penguasa Romawi, Harits ibn Abi Syummar al Ghasssani (Raja Ghassan di Damaskus) dll.

Rasulullah juga beberapa kali melakukan perjanjian politik secara tertulis termasuk perjanjian Hudaibiyah dan Piagam madinah. Dikisahkan dalam penyusunan perjanjian Hudaibiyah, Ali bin Abi thalib tidak mau menuliskan kata “Muhammad ibn Abdullah” tapi tetap ingin menuliskan kata “Muhammad Rasulullah” maka beliau sendiri yang mengambil alih dan menuliskan kata “Muhammad ibn Abdullah” untuk menggantikan kata “Muhammad Rasulullah” yang ditulis Ali dalam draft perjanjian tersebut.

Akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa nabi Muhammad SAW memang awalnya seorang ummi yang tidak bisa baca tulis tapi tidak selamanya karena kemudian beliau bermetamorfosis menjadi seorang ilmuwan, negarawan dan pemimpin umat yang sangat jenius, dihormati umatnya dan disegani lawan-lawan politiknya serta panglima militer yang ditakuti oleh musuh-musuhnya di medan laga.

Allahumma shalli wa salim wa barik ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.


Disarikan dari :
"Metamorfosis Sang Nabi, Dari Buta Huruf Menjadi Ilmuwan Jenius"
(Ustad Agus Mustofa). Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar